Senin, 13 Desember 2010

Proposal Penelitian


PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN PRAKTIKUM IPA BIOLOGI TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA PADA KELAS X DI
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) BUNTET PESANTREN CIREBON



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemelihara anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Dalam proses pembelajaran IPA kususnya biologi guru hanya menjelaskan sebatas materi (yang sudah ada) dan sedikit proses tanpa pembuktian. Salah satu alasan yang menyebabkan adalah banyaknya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Padahal, dalam membahas IPA  Biologi tidak cukup hanya menekankan pada materi, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu hukum. Oleh karena itu, alat peraga / praktikum sebagai alat media pendidikan untuk menjelaskan IPA sangat diperlukan. Tujuan pembelajaran IPA Biologi di SMA secara umum adalah agar siswa memahami konsep Biologi dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep IPA  Biologi untuk menjelaskan gejala alam dan mampu memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak faktor yang menyebabkan siswa kurang disiplin di sekolah, yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai pembina kegiatan belajar, sarana dan prasarana, kurikulum, waktu dan lingkungan.
Berdasarkan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan praktikum. Siswa terkadang menganggap praktikum hanyalah sebagai main-main saja. Hal seperti ini tidak menunjukkan kedisiplinan siswa. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah ini.

2.      Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu :
1.      Wilyah penelitian
Wilayah penelitian dalam proposal penelitian ini masuk ke dalam kelompok wilayah kajian pendidikan nilai biologi.
2.      Pendekatan penelitian
            Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan empirik yang dilakukan secara langsung (research).
3.      Jenis masalah
Jenis masalah dalam penelitian ini tentang pengaruh penerapan praktikum IPA Biologi terhadap kedisiplinan siswa.

3.      Pertanyaan penelitian
1.      Apakah dengan diadakannya praktikum dapat meningkatkan kedisiplinan siswa?
2.      Bagaimana penerapan kedisiplinan pada saat praktikum?
3.      Seberapa besar pengaruh praktikum terhadap kedisiplinan siswa?

4.      Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1.      Untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kedisiplinan siswa dengan diadakannya praktikum pada mata pelajaran IPA khususnya biologi.
2.      Untuk mengetahui bagaimana penerapan kedisiplinan pada saat praktikum.
3.      Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh praktikum terhadap kedisiplinan siswa.
5.      Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penerapan praktikum IPA Biologi terhadap kedisiplinan siswa. Adapun indikator kedisiplinan yaitu meliputi : (a) Kehadiran siswa di sekolah. (b) Pekerjaan dan pengumpulan tugas. (c) Proses belajar mengajar, dan (d) Tata tertib sekolah.

6.         Definisi Operasional
Dalam penelitian ini penulis menggunakan:
1.   Variabel independent ( variabel terikat )
     ” penerapan praktikum IPA Biologi”
2.    Variabel dependent ( variabel bebas )
      ” kedisiplinan siswa”

7.      Manfaat Penelitian
1.      Bagi guru biologi, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa dalam kelas ataupun sekolah.
2.      Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan.
3.      Bagi peneliti lain, proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian, rujukan, atau pembanding bagi penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan.
4.      Hasil penelitian ini dapat memperkaya dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dalam kajian sejenis.

8.      Kerangka Pemikiran
Praktikum adalah suatu kegiatan akademik (kurikuler) yang harus dilakukan oleh siswa yang bersifat pelaksanaan di laboratorium. Praktikum mendukung beberapa mata pelajaran khususnya IPA Biologi yang merupakan bagian dari kurikulum di sekolah. Siswa wajib mengikuti praktikum dengan seksama dan melaksanakan seluruh program praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, menaati tata tertib laboratorium serta membuat laporan setelah praktikum selesai dilaksanakan.
Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dalam penelitian ini bisa dilihat pada bagan dibawah ini :


 








Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

9.      Hipotesis
Hipotesis adalah suatu dugaan jawaban yang paling memungkinkan walaupun masih harus dibuktikan dengan penelitian. (Hariwijaya : 2007 : 20) berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis merumuskan hipotesis. Ha : Terdapat pengaruh pada penerapan praktikum IPA biologi terhadap kedisiplinan siswa.


BAB II
TINJAUAN TEORI

1.      Pengertian, Peranan, Fungsi dan Tujuan Praktikum
Praktikum adalah istilah yang biasa digunakan untuk menunjukkan kegiatan yang dikerjakan di laboratorium dimana kita diharapkan menerapkan ilmu yang telah didapat saat pembelajaran di kelas. Praktikum juga mempunyai tugas yang harus dikerjakan sebelum pratikum dan sesudah praktikum.
Selama ini pratikum yang di selanggarakan di sekolah kecenderungannya hanya siswa melakukan pratikum untuk membuktikan konsep atau hukum-hukum alam yang telah di jelaskan sebelumnya di kelas. Dengan kata lain, selama ini terkesan praktikum merupakan kegiatan praktik yang di lakukan setelah teori di berikan, padahal tuntutan kurikulum praktikum di selenggarakan  tidak hanya sekadar untuk itu, namun lebih dari itu pratikum di anjurkan memfasilitasi siswa untuk menemukan sendiri konsep. Oleh karena itu dengan harapan praktikum dapat di selenggarakan untuk lebih mengembangkan potensi siswa.
Laboratorium dalam pembelajaran sains memiliki peranan penting. Peranan tersebut diantaranya, yang pertama adalah sebagai wahana untuk mengembangkan keterampilan dasar mengamati atau mengukur dan keterampilan-keterampilan proses lainnya, seperti mencatat data, membuat tabel, membuat grafik, menganalisis data, menarik kesimpulan, berkomunikasi, bekerjasama dalam tim. Kedua, laboratorium juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk membuktikan konsep atau hukum-hukum alam sehingga dapat lebih memperjelas konsep yang telah dibahas sebelumnya. Ketiga, laboratorium dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan berfikir melalui proses pemecahan masalah dalam rangka siswa menemukan konsep sendiri. Peran yang paling tinggi tingkatannya dibandingkan peran-peran yang lainnya adalah peran ketiga, yaitu laboratorium untuk mengembangkan kemampuan berfikir, karena hal itu berarti laboratorium telah dijadikan sebagai wahana untuk learning how to learn. (Wiyanto:2006)
Tujuan praktikum IPA adalah : (1) mengembangkan keterampilan siswa dalam hal pengamatan, pencatatan data, dan penggunaan alat. (2) Melatih siswa bekerja cermat dan disiplin. (3) Mengembangkan daya pikir siswa melalui analisis dan penafsiran hasil percobaan. (4) Mengembangkan kejujuran dan kerja sama serta rasa tanggung jawab.
Fungsi praktikum IPA adalah : (a) Menggambarkan konsep-konsep IPA yang abstrak. (b) Mengembangkan konsep dan prinsip IPA. (c) Mengembangkan keterampilan proses sains (IPA). (d) Sarana pendidikan untuk pelatihan, dan (e) Membangun dan mengembangkan rasa ingin tahu tentang alam lingkungan.

2.      Kegiatan Praktikum
IPA bukanlah sekedar kumpulan konsep dan pengetahuan tetapi juga proses bagaimana konsep dan pengetahuan tersebut diperoleh. IPA dapat digunakan untuk mengembangkan daya pikir, pengetahuan, keterampilan motorik, dan sikap ilmiah. Belajar IPA khususnya biologi bukan hanya membaca dan menghafal konsep tetapi yang lebih penting adalah menghayati bagaimana konsep tersebut ditemukan melalui percobaan atau eksperimen yang dilakukan di laboratorium.
Laboratorium IPA merupakan : (1) Tempat bekerja untuk mengadakan percobaan atau penyelidikan. (2) Sarana penunjang pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. (3) Berupa ruang tertutup atau ruang terbuka (lingkungan di luar kelas). (4) Sarana pengembangan kompetensi siswa baik kognitif, psikomotorik, maupun afektif. (5) Sarana pengembangan kompetensi sosial siswa.
Menurut Wiyanto (2006) ditinjau dari metode penyelenggaraannya, kegiatan praktikum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu demonstrasi dan percobaan (eksperimen). Demonstrasi adalah proses menunjukkan sesuatu (proses atau kegiatan) kepada orang lain atau kelompok lain. Dalam metode demonstrasi, proses kegiatan laboratorium biasanya dilakukan di depan kelas oleh guru (dapat dibantu oleh beberapa siswa) atau sekelompok siswa, sedangkan siswa yang lainnya hanya memperhatikan tanpa terlibat langsung dengan kegiatan itu. Sedangkan percobaan atau eksperimen adalah proses memecahkan masalah melalui kegiatan manipulasi variabel dan pengamatan atau pengukuran. Dalam percobaan, proses kegiatan dilakukan oleh semua siswa. Percobaan biasanya dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari beberapa siswa, tergantung pada jenis percobaan dan alat-alat laboratorium yang tersedia di sekolah. Jumlah siswa untuk setiap kelompok yang ideal adalah dua atau tiga siswa.
Berkaitan dengan upaya mengembangkan kemampuan berpikir siswa, labotarium merupakan  salah satu wahana yang sesuai untuk belajar dan mengembangkan kemampuan pola berpikir dan bertindak ilmiah, yaitu pola berpikir dan bertindak seperti yang biasa dilakukan oleh ilmuwan. Menurut Lazarowitz dan Tamir dalam Wiyanto (2006) ada lima faktor yang dapat memfasilitasi keberhasilan pengajaran labotarium sains, yaitu: kurikulum, sumber daya, lingkungan belajar, keefektifan mengajar, dan strategi assesment.
  1. Kurikulum
Kurikulum dapat diidentifikasikan menjadi tiga fase, pertama adalah kurikulum yang diharapkan (intended currikulum), yang tunjukkan pada tujuan kurikulum itu. Kedua adalah kurikulum yang dipahami (perceived curriculum), yang direfleksikan oleh pandangan guru dan siswa. Ketiga adalah kurikulum yang diimplementasikan (implemented curriculum), yang tercermin dalam proses mengajar, belajar dan lingkungan belajar.
  1. Sumber daya
Sumber daya mencakup bahan dan peralatan, ruang dan perabot, asisten dan tenaga laboran serta teknisi. Ketersediaan sumber daya tersebut secara memadai jelas akan menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan praktikum. Sebaliknya, keterbatasan alat dan bahan serta tidak adanya tenaga laboran sering menjadi alasan bagi guru untuk tidak melakukan kegiatan praktikum.
  1. Lingkungan belajar
Keberhasilan belajar terkait dengan lingkungan tempat kegiatan belajar itu terselenggara. Dibandingkan dengan kegiatan belajar di kelas, kegiatan di laboratorium bersifat kurang formal, siswa bebas untuk mengamati, berbuat, dan berinteraksi secara individual maupun kelompok. Akan lebih baik bila kegiatan praktikum dilaksanakan secara kooperatif, sehingga siswa mendapat kesempatan bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok (learning to live together).


  1. Keefektifan mengajar
Sikap, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian tujuan belajar di laboratorium. Mengajar di laboratorium memerlukan penguasaan keterampilan proses ilimiah (metode ilmiah) dan pengetahuan materi subyek, serta memerlukan pengetahuan khusus tentang suasana kelas dan cara mengelolanya.
e.       Assesment
Belajar di laboratorium merupakan pengalaman unik dan melibatkan kemampuan manual maupun intelektual, bahkan kemampuan sosial. Karenanya, ukuran keberhasilannya pun berbeda dengan kegiatan nonpraktik di kelas. Menurut Lazarowitz dan tamir, ketika obyek yang dipelajari diperlihatkan kepada siswa, ternyata tes performance menunjukkan sebagai alat ukur yang lebih valid untuk mengukur keterampilan proses maupun penalaran logis, dibandingkan dengan menggunakan paper-pencil test.

3.          Peran Guru Dalam Membentuk Kedisiplinan
Disiplin adalah proses pelatihan pikiran dan karakter, yang meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, dan menumbuhkan ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau nilai tertentu. Disiplin di sini dimaksudkan cara kita mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya adalah memberitahu dan menanamkan pengertian dalam diri anak tentang perilaku mana yang baik dan mana yang buruk, dan untuk mendorongnya memiliki perilaku yang sesuai dengan standar ini. Dalam disiplin, ada tiga unsur yang penting, yaitu hukum atau peraturan yang berfungsi sebagai pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran peraturan itu, dan hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik. (Zulkifli:1998)
Dalam memberikan anak suatu informasi tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Guru juga harus bisa menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan, atau tidak boleh dilakukan.
Kedisiplinan di sekolah pada dasarnya berfungsi untuk melatih mengendalikan diri, menghormati dan bertanggung jawab terhadap peraturan-peraturan di sekolah. Kedisiplinan di sekolah itu sendiri memegang peranan penting guna mengendalikan tingkah laku anak selama di sekolah. Berdasarkan keterangan di atas, permasalahan pelanggaran disiplin di sekolah dapat dilihat dalam berbagai hal antara lain melanggar tata tertib sekolah, terlambat masuk sekolah, terlambat mengumpulkan tugas, mengerjakan PR di sekolah, keluar tanpa izin, berada di kantin saat ganti pelajaran dan sebagainya.
Disiplin di sekolah merupakan usaha untuk memperkenalkan cara atau memberikan pengalaman yang baik. Disiplin disini bukanlah suatu tata tertib sekolah melainkan sikap dan tanggung jawab jika setiap individu mempunyai kedisiplinan, maka tata tertib sekolah akan terjamin dan disiplin akan terlihat jika tanpa disertai hukuman, anak sudah dapat bertingkah laku dan memilih perbuatan-perbuatan yang diharapkan darinya. Adapun indikator kedisiplinan yaitu meliputi : (a) Kehadiran siswa di sekolah. (b) Pekerjaan dan pengumpulan tugas. (c) Proses belajar mengajar, dan (d) Tata tertib sekolah.
Sementara itu, Doyle mengemukan dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.
Dengan keteraturan tersebut diharapkan dapat merubah sikap para siswa. Sikap yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Ada beberapa faktor yang memperngaruhi kedisiplinan, yaitu : diri sendiri, keluarga, dan pergaulan di Lingkungan. Sedangkan manfaat kedisiplinan adalah membuat siswa menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya, serta siswa juga dapat mengerti bahwa kedisiplinan itu amat sangat penting bagi masa depannya kelak, karena dapat membangun kepribadian siswa yang kokoh dan bisa diharapkan berguna bagi semua pihak.
Menurut Jacob Azerrad (2005) Dalam pelaksanaan disiplin, harus berdasarkan dari dalam diri siswa. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka apapun usaha yang dilakukan oleh orang di sekitarnya hanya akan sia-sia. Berikut ini adalah pelaksanaan kedisiplinan di lingkungan sekolah :
a.       Datang ke sekolah tepat waktu;
b.      Rajin belajar;
c.       Mentaati peraturan sekolah;
d.      Mengikuti kegiatan sekolah dengan tertib;
e.       Mengumpulkan tugas yang diberikan guru tepat waktu
f.       Memotong rambut jika kelihatan panjang;
g.      Selalu berdoa sebelum memulai pelajaran dan masih banyak lagi.
Ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1.      Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional)
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
2.      Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
3.      Perubahan yang fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
4.      Perubahan yang bersifat positif
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.
5.      Perubahan yang bersifat aktif
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.
6.      Perubahan yang bersifat permanen
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
7.      Perubahan yang bertujuan dan terarah
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Tuntutan yang teguh bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh yang tidak kita inginkan bagi pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa disiplin bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa disiplin tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa disiplin yang tidak bertumpuk pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi sesuatu yang asosial.







BAB III
METODE PENELITIAN

1.      Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun ajaran 2010/2011 yang berlangsung pada bulan Januari - Februari 2011, yang bertempat di MAN Buntet Pesantren.
2.      Kondisi Umum Wilayah Penelitian
a.                               Kondisi obyektif lokasi penelitian
MAN Buntet Pesantern terletak di desa mertapada kulon, MAN ini letaknya sangat strategis karena mudah terjangkau. Sarana dan fasilitas merupakan segala fasilitas yang sangat menunjang terhadap keberhasilan program pendidikan yang ingin dicapai. Dalam hal ini MAN Buntet Pesantren memiliki gedung yang cukup menunjang proses belajar-mengajar. Selain itu disekolah ini memiliki fasilitas internet, lab praktikum, lab komputer, lab bahasa, gedung olahraga dan aula (balai pertemuan).
            Jumlah pendidik yang ada di MAN Buntet Pesantren pada saat ini berjumlah 50 orang  berikut kepala sekolah. Dan keadaan karyawan TU di MAN Buntet Pesantren berjumlah 10 orang. Sedangkan keadaan siswa MAN Buntet Pesantren tahun pelajaran 2010/2011 seluruhnya berjumlah 1240  yang terdiri dari kelas X sampai XII.
b.      Kondisi pembelajaran di lokasi penelitian
            Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di MAN Buntet Pesantren dilaksanakan pada pagi hari dimulai pada pukul 7.00 sampai 13.30. jumlah jam pelajaran setiap harinya sebanyak  8 jam pelajaran, dengan ketentuan waktu 40 menit setiap satu jam pelajaran.
            Proses pembelajaran Biologi yang diterapkan di sekolah ini sudah menggunakan metode diskusi, ceramah, praktikum. Pada sekolah ini, proses pembelajaran Biologi diterapkan menggunakan pembelajaran verbal dan non verbal yang hanya menitik beratkan pada penilain dan kemampuan siswa  saja.

3.        Desain Penelitian
Pada penelitian kali ini, desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah eksperimen semu yang dilakukan dengan menggunakan satu kelas eksperimen tanpa ada kelas kontrol.
4.         Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan bertahap guna mempermudah arah penelitian. Oleh karena itu, penelitian dilakuakan dalam beberapa tahap, yaitu :
1.      Penyusunan proposal penelitian
2.      Pengumpulan data
3.      Uji coba penelitian
4.      Analisis data
5.      Pembuatan laporan
Berdasarkan keterangan prosedur penelitian di atas, dapat digambarkan sebagai beikut :












 























                                                                                      
Gambar 2. Skema alur penelitian
5.        Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian
1.      Sumber Data
a.       Sumber data teoritik yaitu berbagai sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari artikel, internet maupun buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.
b.      Sumber data empirik yaitu sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari pelaksanaan observasi langsung ke objek penelitian (MAN Buntet Pesantren – Cirebon).
2.      Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, (Sudjana, 2005).
        Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN Buntet Pesantren yang berjumlah 424 siswa. Dengan penentuan pengambilan populasi secara purposive dan proposional, stratified sampling.
b.      Sampel
        Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Random Sampling, yaitu  dengan mengundi secara acak dari seluruh kelas X yang ada di MAN Buntet pesantren dan mengambil satu kelas sebagai sample.
3.      Teknik Pengumpulan Data
a.       Sumber Data : yaitu guru dan siswa
b.      Jenis Data : Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Data tersebut diperoleh dari hasil angket dan lembar observasi.
c.       Teknik pengambilan data : Data mengenai aktivitas siswa diambil dengan menggunakan angket dan lembar observasi.
·         Angket adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan sedemikian rupa sehingga calon responden (siswa) cukup dengan memberikan tanda silang atau menandainya dengan mudah dan tepat.
·         Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakuakan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki disebut observasi langsung. Sedangkan observasi tidak langsung pengamatan dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki. (Amirul Hadi, dkk. 1998)
4.      Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui karakteristik kualitas angket yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan sebaiknya angket tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas dan reliabilitas. Langkah-langkah pengujian instrumen adalah sebagai berikut:
a.       Validitas
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap seluruh soal yang ada. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total.
            Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran atau korelasi dengan tes secara keseluruhan, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal dapat digunakan rumus korelasi. Salah satu persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product moment Pearson seperti berikut: (Arikunto, 2005)
Rumus dari uji validitas :
[rumus+r.JPG]
keterangan:
·         koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.
rxy : tingkat variabel
X : skor variabel
Y : skor total
N : jumlah siswa.
·         Kategori validitas butir soal sebagai berikut :
0 % - 20 %      = Sangat Rendah
21 % - 40 %    = Rendah
41 % - 60 %    = Cukup
61 % - 80 %    = Tinggi
81 % - 100 %  = Sangat Tinggi
b.      Reliabilitas
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien reliabilitas. Menghitung reliabilitas soal dengan rumus (Arikunto, 2005)
dimana:
valid
Kategori reliabilitas butir soal
0 % - 20 %                        = Sangat Rendah
21 % - 40 %          = Rendah
41 % - 60 %          = Cukup
61 % - 80 %          = Tinggi
81 % - 100 %        = Sangat Tinggi
c.       Uji Homogenitas
            Untuk menguji apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang sama atau tidak. Oleh karena itu dilakukan uji homogenitas.      (Sudjana, 2005)

d.      Uji Regresi
                        Uji regresi dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh data hasil dari penelitian dan mengungkapkan seberapa besar kekuatan pengaruh antara  variabel.

5.         Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun ajaran 2010/2011 yang berlangsung pada bulan oktober sampai Januari - Februari 2011 (2 bulan).


DAFTAR PUSTAKA

Annilasyiva. 2010. http://annilasyiva.multiply.com/journal/item/46 (Download Rabu, 29 September 2010).
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azerrad, Jacob. 2005. Membangun Masa Depan Anak. Bandung: PT Nusa Media.
Hadi, Amrul, dkk . 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pusaka Setia.
Haryati, Mimin. 2008. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkatan Satuan Pendidikan. Jakarta: Galing Persada.
Iskandar, Tajudin. 2002. Panduan Pengelolaan Laboratorium. Jakarta: CARES Indonesia.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Tjandrasa, Meitasari. 2008. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Wiyanto. 2006. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: Unnes Press.
Zulkfli, L. 1998. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Rosda Karya.




ANGKET PENELITIAN

Petunjuk : Jawablah pertanyaan ini dengan benar dan berilah tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang tersedia

1.      Apakah dalam mempelajari bidang study IPA Biologi untuk pembuktiannya diperlukan praktikum?
A. Ya
B. Tidak
2.      Untuk dapat praktikum dengan baik diperluakan bahan dan alat yang sesuai dengan materi praktikum, apakah alat dan bahan selalu tersedia dengan lengkap?
A. Ya
B. Tidak
3.      Dalam melakukan praktikum, apakah anda selalu di bimbing oleh guru bidang study IPA Biologi atau pengelola laboratorium?
A. Ya
B. Tidak
4.      Apakah waktu yang disediakan untuk praktikum sudah cukup atau memadai?
A. Ya
B. Tidak
5.      Apakah anda selalu datang tepat waktu ketika diadakan praktikum?
A. Ya
B. Tidak
6.      Agar praktikum berjalan dengan baik diperlukan materi dan metode praktikum, apakah guru selalu memberi materi praktikum?
A. Ya
B.   Tidak
7.      Dengan diadakannya praktikum dalam pembelajaran IPA Biologi, apakah anda semakin memahami materi-materi biologi?
A. Ya
B. Tidak
8.      Apakah terdapat perbedaan dalam memahami suatu materi antara yang dipelajari saat di kelas dan saat praktikum?
A. Ya
B.    Tidak
9.      Menurut anda apakah dalam melaksanakan praktikum diperlukan dukungan laboratorium yang memadai?
A. Ya
B.     Tidak

10.  Apakah kondisi laboratorium sekolah sudah terawat dengan baik?
A.    Ya
B.    Tidak
11.  Dalam mengikuti praktikum, apakah guru selalu menugaskan untuk membuat laporan hasil praktikum?
A. Ya
B. Tidak
12.  Apakah anda selalu mengerjakan laporan hasil praktikum yang ditugaskan guru?
A. Ya
B. Tidak
13.  Apakah anda mengerjakan laporan hasil praktikum dengan baik?
A. Ya
B. Tidak
14.  Dalam mengerjakan laporan hasil praktikum, apakah anda mengerjakan sendiri?
A. Ya
B. Tidak
15.  Apakah anda selalu berkonsentrasi selama praktikum berlangsung?
A. Ya
B. Tidak
16.  Apakah anda selalu memperhatikan dengan baik ketika guru menjelaskan materi praktikum?
A. Ya
B. Tidak
17.  Selama praktikum berlangsung, apakah anda selalu berada dalam laboratorium?
A. Ya
B. Tidak
18.  Apakah selama praktikum anda selalu mengikuti kegiatan praktikum dengan tertib?
A. Ya
B. Tidak
19.  Selama praktikum berlangsung, apakah anda tidak berbincang-bincang dengan teman?
A. Ya
B. Tidak
20.  Selama praktikum berlangsung, apakah anda tidak bermain-main dengan teman?
A. Ya
B. Tidak






KISI-KISI PENELITIAN

Judul : Pengaruh Penerapan Praktikum IPA Biologi Terhadap Kedisiplinan Siswa.

Variabel Penelitian
Indikator
No. Item
Praktikum IPA Biologi (X)





Kedisiplinan siswa (Y)

·      Pelaksanaan praktikum.
·      Bimbingan saat praktikum.
·      Waktu praktikum.
·      Penguasaan materi.
·      Kondisi Laboratorium.

·      Penugasan laporan praktikum.
·      Konsentrasi saat praktikum
·      Menaati tata tertib praktikum.
1,2
3
4,5
6,7,8
9,10

11,12,13,14
15,16
17,18,19,20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar